Paper Review 4 - Dari order-to-cash ke wall-to-wall: Empat Implementasi SAP di Smithfield Foods
Kasus ini membahas transformasi system informasi di Smithfield Foods, sebuah perusahaan pengolahan daging babi di Amerika Serikat.
Pada tahun 2005, Mansour Zadeh, CIO perusahaan, memulai penggantian sistem order management lama dengan modul SAP SD (sales and distribution) di salah satu divisi operasi independen perusahaan. Transformasi ini berakhir pada 2017 ketika keseluruhan perusahaan mengalihkan operasi bisnis ke sistem SAP R/4 HANA.
- Daging Segar
- Daging Kemasan
- Produksi ternak babi
- Internasional
Pertama: Memperbaiki Sistem OTC di Smithfield PackingPada tahun 2004, manajemen Smithfield Packing menyadari bahwa proses OTC (over the cash)Order management system yang lama menggunakan Bahasa pemrograman DIBOL dan hanya tersisa beberapa orang saja di Smithfield yang memahaminyaWalaupun akuisisi banyak perusahaan memberikan benefit operasional dan ekonomi, Smithfield Packing saat itu menghadapi krisis akibat ketidakmampuan system informasi dan teknologiAkhirnya, Smithfield Packing mengunjungi Farmland Foods (perusahaan yang 1 induk) yang telah menggunakan SAP R/3 dengan sukses dan memutuskan untuk menggunakan system yang samaAda beberapa alasan mengapa SAP yang dipilih:SAP memerlukan kustomisasi yang lebih sedikit disbanding software ERP yang lain. Kebanyakan fungsi bisnis di Smithfield sudah sesuai dengan fungsi standard SAPKarena Farmland Foods sudah menggunakannya, jadi sudah terbukti bisa digunakan dengan baik di industry peternakan dan pemrosesan dagingAkhirnya, Smithfield membeli modul SAP SD (sales and distribution) untuk menggantikan system OTC yang lamaSmithfield menghemat ratusan ribu dolar dengan memilih SAP. Sebuah perusahaan bernama Marin County menghabiskan US$30 juta untuk proyek implementasi ERP dan gagal. Artinya investasi untuk ERP ini risikonya tinggi.Implementasi SAP SD membuat Smithfield mampu memberikan informasi kepada customer dengan lebih cepat. Juga mempermudah mengelola customer relationship mulai dari sales inquiry, sales order, shipping, hingga billingKedua: Aplikasi dari FarmlandPada tahun 2008, COO Smithfield dijabat oleh orang yang sebelumnya menjabat direktur FarmlandDia menyadari bahwa walaupun Smithfield sudah mengimplementasi SAP SD, bagian lain dari perusahaan (perencanaan produksi, purchasing, dll) masih menggunakan system yang sudah usingAkhirnya, Smithfield menambahkan 4 modul SAP:
- MM (materials management)
- PP (production planning)
- FI (financial accounting)
- CO (controlling).
FI dan CO diimplementasi duluan karena terkait erat dengan SD, baru setelah itu MM dan PP menyusul. Smithfield Packing mengoperasikan 15 plant dan implementasi dilakukan bertahap dengan 2 plant tiap bulan. Implementasi selesai dalam waktu setahunImplementasi tahap 2 ini membuat Smithfield mampu melakukan centralized production scheduling dan mengupdate inventori barang jadi secara real time; membuat laporan finansial dan manajerial secara cepat, dan visibilitas inventori yang lebih baikKetiga: Integrasi SAP antara Smithfiels Packing dan FarmlandSetelah implementasi tahap 2, baik Smithfield maupun Farmland menjalankan ERP yang sama, namun belum terintegrasi dan masih beroperasi secara independentPada tahun 2014, Smithfield Packing dan Farmland Food melakukan merger. Awalnya, SAP Farmland menangani sales and distribution, finished goods inventory, dan logistic. SAP Smithfield menangani financial accounting, production planning, dan purchasingHal ini menyebabkan masalah integrasi dimana produksi yang dicatat oleh SAP Smithfield harus dijual menggunakan SAP Farmland. Akhirnya, manajemen membuat software perantara/middleware seperti pada gambarHasilnya, sales dan logistic berhasil disatukan ke dalam system yang sama. Shipment kepada customer juga berhasil dikurangi biayanyaKeempat: One SmithfieldSetelah tahap 3, Smithfield menargetkan agar seluruh entitas perusahaan menggunakan system informasi yang sama. Pada tahun 2015, SAP mengumumkan akan menghentikan dukungan untuk SAP R/3 dan mengonversi semua customer ke SAP R/4Implementasi dilakukan dalam 2 tahap. Pertama operasi John Morrell mengadopsi SAP R/4. Baru kemudian sisanya ikut mengimplementasiImplementasi SAP R/4 ini membuat akuisisi yang berikutnya dilakukan lebih mudah karena langsung bisa mengadopsi ERP yang sudah ada
Memilih Industrial Solution Package yang Tepat:
Untuk mempercepat proses implementasi, SAP menyediakan package dasar yang disesuaikan dengan industry tertentu. Packages ini disebut IS (Industrial Solution), misalnya SAP IS Oil untuk industry migas, SAP IS Retail, SAP IS Pharma.Untuk implementasi awal, Smithfield memilih SAP IS Oil karena ada kemiripan antara industry migas dengan industry pemrosesan hewan ternak. Jika di Industri migas itu berbagai jenis produk olahan minyak bumi berasal dari 1 jenis bahan (crude oil), disini juga sama. Semua hasil olahan ternak babi berasal dari hewan babi (pork)
Business Process Reengineering:
Seringkali, software default SAP tidak 100% sesuai dengan proses bisnis yang sedang berjalan.Ada 2 pilihan:pertama memodifikasi coding system ERP sehingga sesuai dengan proses yang saat ini berjalan. Kekurangannya meningkatkan biasa kustomisasi dan meningkatkan risiko eror Ketika disambungkan dengan modul ERP yang lainkedua melakukan BPR. Dalam hal ini, software dibiarkan apa adanya untuk mencegah eror dan yang diubah adalah business process perusahaan
Kustomisasi system dan integrasi software pihak ketiga:
Ada 3 aspek software yang dikustomisasi oleh Smithfield: kecocokan proses, software, dan aturan pemerintah; integrasi dengan software pihak ketiga yang lain; dan proses yang belum bisa ditangkap oleh fungsi dasar SAPAlasan pertama diselesaikan dengan mengkustomisasi SAP. Hal ini perlu karena beberapa proses pengolahan ternak sudah rigid diatur pemerintah sehingga softwarenya yang harus menyesuaikanAlasan kustomisasi kedua diselesaikan dengan membuat middleware atau software perantara. Ilustrasinya dapat dilihat di halaman berikut. Alasan ini muncul karena Smithfield masih menggunakan software selain SAP untuk document flow, forecasting, document scanning, label printing, dllAlasan kustomisasi ketiga adalah karena terdapat satuan yang berbeda pada penghitungan, yaitu berat dan buah. Untuk produk olahan, beratnya pasti sama semuanya. Tapi untuk produk daging segar, pasti ada variabilitas antar potongan daging, walaupun semuanya dianggap 1 buah. Solusinya menerapkan system Catch Weight Management (CWM) dari SAP
Isu yang sering dihadapi dalam implementasi ERP adalah kurang jelasnya siapa pihak yang bertanggung jawab atas proyek. Untuk itu, Smithfield membentuk struktur proyek implementasi pada tahun 2005.Divisi Business Functionality berisi representative tiap unit bisnis seperti sales, manufacturing, accounting, dll. Di divisi ini tiap unit menyepakati business process yang akan dijalankan masing-masing pihak sehingga Divisi Technology Group dapat mengkustomisasi SAP nyaDivisi Technology berfungsi memodifikasi software, integrasi SAP dengan software lain, dan konfigurasi database serta serverDivisi OCM bertugas mengomunikasikan perkembangan proyek baik di internal tim maupun untuk Smithfield secara keseluruhanDivisi Deployment bertugas memastika proses bisnis tetap berjalan selama proyek implementasi SAP ini dengan membuat rencana teknis tanggal, pembagian penanggung jawab, dll
Model Operasi Teknologi Informasi:
Karena strategi Smithfield berubah dari yang awalnya sekumpulan unit perusahaan dengan system informasi yang berbeda menjadi One Smithfield, organisasi perusahaan menjadi lebih tersentralisasi. Akibatnya, tim IT juga harus ikut menyesuaikan
Strategi One Smithfield diterjemahkan menjadi One IT
Keputusan menggunakan system informasi untuk perusahaan secara keseluruhan tidak mudah. Rata-rata biaya implementasinya saja mencapai US$4,5 juta dan 93% dari implementasi melibatkan kustomisasi softwareSistem ERP yang telah sepenuhnya berfungsi memberikan perusahaan benefit berupa:
- Meningkatnya skala ekonomi karena optimasi logistic, centralized-planning, inventory yang real time, dan aliran informasi yang lebih baik
- Mejadikan informasi bisnis untuk kebutuhan manajerial sangat real time
- Meningkatkan ketepatan pengambilan keputusan
- Memiliki system pelaporan bisnis yang terintegrasi dengan seluruh entitas perusahaan
Namun, risikonya juga besar. Kegagalan implementasi ERP dapat menyebabkan disrupsi bisnis, kerugian keuangan, hingga kebangkrutan. Pada tahun 2015, terdapat 21% implementasi ERP yang dikategorikan gagal dan hanya 69% perusahaan mau menggunakan vendor ERP yang sama
Comments
Post a Comment